Meta Deskripsi (SEO):
Tren healing atau liburan instan makin viral di kalangan anak muda. Tapi, apakah kita benar-benar butuh healing, atau cuma biar bisa upload story dan gak ketinggalan tren?
Keywords SEO: healing viral, tren healing, healing anak muda, kesehatan mental, liburan instan, staycation, burnout.
“Healing Dulu Ga Sih?” — Kata Sakti Zaman Sekarang
Kalau kamu sering scroll TikTok atau Instagram, pasti udah gak asing sama kalimat sakti ini: “Healing dulu, guys!” atau “Butuh healing deh, kepala udah penuh banget.” Biasanya sih muncul pas lagi numpuk tugas, habis drama sama pasangan, atau habis tanggal tua tapi tetep pengen liburan.
Tapi jujur ya, healing ini udah berubah fungsi. Dari yang awalnya soal menyembuhkan luka batin atau mengisi ulang energi, sekarang malah jadi alasan buat staycation di hotel Instagramable, main ke pantai, atau sekadar ngopi di coffee shop yang ada daun monstera dan lighting kekuningan. Aesthetic doang, tapi apa bener udah “sembuh”?
Dari Makna Serius Jadi Konten Lucu
Dulu, kata healing banyak dipakai di dunia psikologi buat ngomongin proses pemulihan mental. Misalnya habis trauma, burnout parah, atau gangguan kecemasan—healing tuh proses panjang dan serius. Tapi sekarang? Healing bisa berarti nongkrong sambil ngeluh di Twitter.
Menurut psikolog klinis A. Windy Yuniawan (2023), makna healing di kalangan anak muda banyak mengalami pergeseran. “Banyak yang mengasosiasikan healing dengan liburan atau pelarian sejenak, bukan proses refleksi dan pemulihan yang sesungguhnya,” katanya di Popbela. Nah lo, kena gak tuh?
Kenapa Healing Viral Banget?
Alasannya simpel: kita capek.
- Capek kerja yang gak ada habisnya
- Capek dituntut jadi sukses di usia muda
- Capek hidup di sosial media yang isinya pencapaian orang lain
Akhirnya, liburan atau sekadar escape jadi solusi cepat. Bahkan, riset dari Traveloka di tahun 2023 menunjukkan bahwa 67% Gen Z dan milenial Indonesia lebih memilih short escape alias healing singkat sebagai coping mechanism dari stres. Gak heran ya, kenapa tiba-tiba semua orang jadi “butuh healing” setiap weekend.
Tapi Nih Ya... Healing Juga Bisa Bikin Capek
Iya, kamu gak salah baca. Healing yang dipaksakan malah bisa bikin mental tambah capek. Kenapa
- Beban Finansial: Healing gaya-gayaan bisa ngabisin duit. Padahal kadang itu duit bukan dari hasil kerja keras, tapi nyicil di paylater. ðŸ˜
- FOMO (Fear of Missing Out): Bukannya tenang, malah jadi ngebandingin diri. “Kok healing aku di Puncak doang, dia di Jepang?”
- Capek Fisik: Pergi jauh, macet-macetan, tidur gak nyenyak, terus besoknya harus kerja lagi. Lah, healing apa marathon?
Cara Healing yang Gak Harus Mahal (dan Gak Gimmick)
Kalau kamu ngerasa mentally drained atau mulai gampang marah, mager, cemas, dan overthinking, bisa jadi kamu memang butuh rehat. Tapi healing itu gak harus mewah kok. Nih beberapa cara healing low budget tapi efeknya bisa dalem banget:
- Digital detox: Seharian tanpa buka medsos. Awalnya gelisah, lama-lama plong.
- Quality time sama diri sendiri: Nonton film favorit, journaling, atau jalan kaki sore.
- Tidur cukup & makan enak: Jangan anggap remeh nasi hangat + telur dadar, kadang itu yang kamu butuh.
- Meditasi ringan atau shalat khusyuk: Gak usah ribet, 5-10 menit cukup bikin hati adem.
Intinya: Healing itu soal mengenal dan menerima diri sendiri, bukan sekadar postingan dengan caption "healing tipis-tipis".
Real Talk: Kamu Lagi Butuh Healing, atau Lagi Pengen Kabur?
Yuk jujur-jujuran. Sebelum kamu booking hotel atau tiket kereta dadakan, tanya dulu ke diri sendiri:
- “Apa aku healing karena butuh, atau cuma biar bisa upload story?”
- “Apakah liburan ini akan bikin aku lebih tenang, atau justru tambah overbudget dan stress?”
- “Apa yang sebenarnya aku rasakan belakangan ini?”
Kalau ternyata kamu cuma butuh istirahat di rumah sambil nonton YouTube atau nyalon sendirian, itu juga udah bentuk healing kok. Gak perlu validasi siapa-siapa.
Penutup: Healing Itu Soal Kamu, Bukan Feed IG Kamu
Zaman sekarang, semua orang berlomba-lomba tampil bahagia. Tapi bahagia yang asli gak selalu harus dibagikan. Kadang justru momen paling tenang adalah saat kamu gak megang HP, gak mikir kerjaan, dan gak peduli siapa yang lagi viral.
Jadi, kalau kamu emang lagi butuh healing, lakuin karena kamu butuh, bukan karena kamu takut ketinggalan tren.
Karena pada akhirnya, yang paling tau isi kepala dan hati kamu ya cuma kamu sendiri. 💆♀️💆♂️
Referensi Ringan:
Windy Yuniawan, A. (2023). Fenomena Healing Instan dan Tekanan Sosial di Kalangan Gen Z. Popbela.com
Traveloka Lifestyle Index 2023
Curhat Twitter, TikTok, dan YouTube Gen Z Indonesia yang kebanyakan burnout
Posting Komentar